Jumat, 12 Juli 2013

kERACUNAN MAKANAN


A.   Keracunan Pangan


Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Keracunan pangan yaitu masuknya atau adanya kandungan zat-zat berbahaya yang ada di dalam bahan pangan sehingga merusak atau mengurangi fungsi dari bahan pangan tersebut.
Penyakit karena pangan ( foodborne diseases ), atau dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai keracunan makanan, dapat disebabkan adanya patogen (virus, bakteri, protozoa, cacing) maupun bahan kimia (residu pestisida, logam berat, bahan tambahan ilegal, mikotoksin dan sebagainya). Secara umum penyakit-penyakit karena patogen asal pangan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu infeksi dan intoksikasi. Infeksi adalah penyakit asal pangan yang paling banyak diketahui dan telah lama dipelajari. Infeksi terjadi karena masuknya patogen hidup seperti virus, bakteri, protozoa, cacing melalui bahan pangan. Patogen yang berhasil bertahan melalui asam lambung dan mencapai usus akan berusaha untuk memulai komunitas barunya dengan berbagai mekanisme yang dimiliki oleh masing-masing patogen tersebut. Beberapa bakteri sebenarnya tidak tahan dengan pH lambung, akan tetapi jika terdapat dalam jumlah besar pada makanan atau terlindung oleh kandungan lemak yang tinggi pada makanan, maka sebagian dari bakteri yang berhasil mencapai usus akan berusaha hidup, dan pada saat yang bersamaan mengganggu kesehatan inang (manusia) yang ditumpanginya dengan berbagai cara. Sedangkan untuk intoksikasi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya toksin melalui bahan pangan ke dalam tubuh. Toksin dalam bahan pangan dapat berupa toksin secara alami terdapat dalam bahan pangan tersebut, toksin yang dihasilkan bakteri atau kapang, toksin lingkungan, atau toksin dari penggunaan pestisida.
Peristiwa intoksikasi oleh produk bakteri berbeda dengan mekanisme terjadinya infeksi. Dalam hal intoksikasi pangan oleh toksin bakteri, maka bakterinya tidak harus terdapat dalam bahan pangan. Beberapa jenis bakteri yang tumbuh dan berkembang biak dalam makanan dapat membentuk toksin dan ketika makanan tersebut ditelan maka toksin tersebut dapat mengganggu kesehatan. Toksin yang dihasilkan bakteri dapat berupa toksin emetik (seperti yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus ), toksin penyebab diare ( B. cereus ), sampai kepada toksin yang menyerang sistem syaraf seperti botulin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum.
Botulin adalah toksin bakteri yang paling mematikan yang dapat terbentuk pada makanan kalerng yang tidak diproses dengan benar atau dengan pemanasan yang cukup. Bakteri penghasil toksin ini banyak terdapat di tanah, dan mungkin mencemari hasil pertanian maupun peternakan. Sifat bakteri ini yang anaerob obligat mengakibatkannya dapat tumbuh dan berkembang biak dalam makanan kaleng. Oleh karenanya proses pengalengan panas yang benar umumnya dilaksanakan berdasarkan konsep 12 D artinya mampu membunuh 10 12 sel C. botulinum , jumlah yang terlalu tinggi untuk mungkin terdapat dalam bahan makanan.
Intoksikasi dapat pula disebabkan oleh berbagai toksin kapang (mikotoksin) yang terbentuk dalam bahan pangan yang dicemari oleh kapang yang sehari-hari sering disebut sebagai jamur. Biji-bijian yang tidak dipanen pada waktu yang tepat, dikeringkan secara asal-asalan atau disimpan dengan baik mungkin mengundang pertumbuhan kapang. Jika tersedia gizi, air dan suhu yang tepat maka kapang tersebut membentuk metabolit sekundernya berupa toksin. Toksin kapang, yang umumnya bukan merupakan protein ini, sangat tahan panas dan diperlukan suhu yang amat tinggi seperti 150-200 o C untuk memusnahkannya. Salah satu mikotoksin yang paling banyak diketahui karakeristiknya adalah aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus.

D.   Keracunan Makanan

Keracunan makanan merupakan satu penyakit Gastroenteritis Akut. Penyakit ini terjadi karena kontaminasi bakteri hidup atau toksin yang di hasilkannya pada makanan atau karena kontaminasi zat-zat organic dan racun yang berasal dari tanaman dan binatang.
Kejadian keracunan makanan, biasanya disebabkan karena mengkonsumsi makanan & minuman yang telah terkontaminasi dengan bakteri, parasit atau virus. Bahan kimia berbahaya juga dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan jika mereka mengkontaminasi makanan baik saat panen ataupun proses lainnya
Keracunan makanan umumnya disebabkan karena kontaminasi makanan dan minuman oleh patogen atau zat kimia berbahaya. Gejala umum dari keracunan makanan adalah sakit perut, diare, muntah-muntah, bahkan bisa menyebabkan kematian. Keracunan makanan sering terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung racun seperti bakteri, virus atau parasit.
Meskipun kebanyakan kasus keracunan makanan tidak terdiagnosa & dilaporkan, tetapi menurut CDC, di Amerika diperkirakan terdapat 76 juta orang yang mengalami kasus keracunan makanan setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 5000 orang meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia, meskipun tidak terdapat data yang pasti, bisa jadi angka tersebut lebih besar lagi. Hal ini karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar masyarakat mengenai kebersihan makanan.
Pada sebagian besar kasus keracunan makanan, gejala yang timbul hampir mirip dengan flu perut/flu usus. Gejala tersebut dapat berlangsung mulai dari hitungan jam hingga hari, berikut gejala terjadinya keracunan makanan :

1.    Perut kram
                                    
Kram perut umumnya terjadi segera setelah mengonsumsi makanan, atau dalam waktu 12-72 jam. Kondisi ini merupakan salah satu usaha penolakan tubuh terhadap zat beracun. Kram perut umumnya hilang sendiri dalam waktu 4-7 hari, tapi jika kram perutnya parah sebaiknya segera mencari bantuan medis.

2.    Muntah dan diare

Muntah dan diare merupakan efek yang umum dari keracunan makanan yang merupakan usaha tubuh untuk membersihkan diri dari racun yang tertelan. Kram perut yang timbul bisa membuat muntah dan diare menjadi lebih parah. Jika muntah dan diare berlangsung terus menerus bisa menyebabkan hilangnya nutrisi penting. Kondisi ini bisa dicegah dengan mencuci tangan serta menjaga kebersihan diri dan makanan.

3.    Dehidrasi

Dehidrasi berarti kehilangan cairan tubuh, elektrolit dan juga mineral yang berpotensi serius terhadap kesehatan. Kondisi ini umumnya diperparah dengan adanya muntah dan diare. Untuk dehidrasi yang parah biasanya membutuhkan cairan pengganti langsung dari intravena. Untuk mencegah dehidrasi sebaiknya tetap minum air yang banyak atau minuman yang mengandung elektrolit.
Biasanya kasus keracunan makanan tidak terlalu berat & dapat sembuh dalam waktu 24-48 jam. Tetapi dapat juga terjadi kasus keracunan makanan hingga menyebabkan kematian.


E.   Penyebab Keracunan Makanan

1.    Virus
a.   Norovirus

Adalah kelompok virus yang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu berat (sering disebut dengan flu perut/flu usus). Gejala yang timbul adalah mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala & demam. Gejala-gejala tersebut biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari. Virus ini menjadi penyebab paling umum dalam kasus keracunan makanan pada orang dewasa & biasanya masuk kedalam tubuh melalui air, sayuran & kerang yang terkontaminasi oleh feses, dapat juga dari orang ke orang.

b.   Rotavirus

Dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan yang sedang hingga berat, biasanya ditandai dengan diare cair & demam. Merupakan penyebab umum keracunan makanan pada bayi & anak-anak, dan biasanya masuk kedalam tubuh dari orang ke orang melalui kontaminasi feses pada makanan ataupun saat berbagi tempat bermain.

c.    Hepatitis A

Virus hepatitis A dapat menyebabkan keracunan makanan yang ditandai dengan demam, hilangnya nafsu makan, nyeri perut & merasa lelah, yang kemudian diikuti dengan mata & kulit yang berwarna kuning (jaundice). Gejala tersebut biasanya berlangsung kurang dari 2 bulan, tetapi dapat kambuh & muncul lagi dalam jangka waktu hingga 6 bulan. Virus tersebut masuk kedalam tubuh dari orang ke orang melalui kontaminasi makanan oleh feses.

2.    Bakteri

Bakteri dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan melalui 2 cara. Beberapa bakteri dapat menginfeksi usus, yang menyebabkan terjadinya peradangan & kesulitan untuk menyerap nutrisi & air, sehingga timbul diare. Bakteri jenis lain dapat menghasilkan senyawa kimia dalam makanan (sering disebut dengan toksin) yang berbahaya bagi sistem pencernaan manusia. Saat termakan, senyawa kimia tersebut dapat menimbulkan mual, muntah, kegagalan ginjal bahkan kematian.
Karakteristik keracunan makanan yang di sebabkan oleh bakteri, antara lain:
1.    Penderita menyantap jenis makanan yang sama
2.    Penyakit menyerang pada banyak orang dalam waktu bersamaan
3.    Sumber penyebab yang sama
4.    Gejala-gejala penyakitnya mirip satu dengan lain

Keadaan semacam itu sering di jumpai pada sejumlah orang yang menderita penyakit Gastroenteritis akut . Contohnya adalah kasus keracunan makanan pada kariawan di sebuah pabrik atau keracunan makanan yang di alami para tamu undangan di sebuah pesta. Keracunan makanan yang penyebabnya bukan bacteri atau bahan makanan lain tidak selalu menimbulkan gejala yang sama, tetapi tetap berbahaya bagi kesehatan manusia.
Batasan dan penyebabkeracunan makanan perlu di pertegas dan di bedakan dengan penyakit Gastroenteritis Akut biasa agar tidak menimbulkan polemic dan masalah pada masyarakat awam. Secara sederhana, keracunan makanan berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 jenis.
a)    Bacterial Food Poisoning
b)    Non Bakterial Food Poisoning

Bacterial Food Poisoning terjadi akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi dengan bacteri hidup terkontaminasi toksin yang dihasilkan bacteri tersebut. Bacterial Food Poisoning dapat di bedakan menjadi 4 tipe, yaitu:

ü  Salmonella Food Poisoning
Salmonella food poisoning merupakan Zoonotik (berasal dari hewan) yang dapat terjadi di mana-mana. Penyakitini di tularkan kepada manusia melalui produk ternak yang terkontaminasi, seperti daging, susu, atau telur. Tikus juga merupakan salah satu binatang penyebar penyakit melalui makanan.  Binatang ini mengkontaminasi makanan melalui urin atau kotorannya.
Insidensi penyakit ini meningkat di Negara barat akibat beberapa factor berikut:
a)    Peningkatan pedagangan internasional berupa produk bahan makanan yang berasal dari hewan ternak.
b)    Penggunaan deterjen secara luas pada rumah tangga mempengaruhi pengolahan air kotor.
c)    Distribusi dan pemakaian makanan jadi atau makanan kaleng meningkat di mana-mana.
d)    Terdapat lebih dari 50 spesis Salmonella, yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah Salmonella Typhimurium, Salmonella Cholera-suis, Shigella Sonnel, dan lain-lain. Organisme ini berkembangbiak di dalam usus dan menimbulkan gejala penyakit Gastroenteritis akut berupa mual, muntah-muntah, diare, sakit kepala, nyeri abdomen, dan demam. Angka Mortalitas akibat penyakit ini sekitar 1%.

ü  Staphylococcal Food Poisoning
Staphylococcal food poisoning merupakan kasus keracunan makanan yang di sebabkan oleh Enterotoksin yang di hasilkan oleh Staphylococcus Aureus. Kuman stafilokokus akan mati sewaktu makanan di masak, tetapi entrotoksin yang di hasilkan memiliki sifat tahan panas sehingga dapat bertahan pada temperatur100 derajat C selama beberapa menit.
Staphylokokus banyak di temukan dalam bagian-bagian tubuh, seperti di hidung, tenggorok dan di kulit manusia, selain itu juga dapat di temukan menempel pada debu di dalam kamar. Organisme ini dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Staphylokokus juga dapat mengkontaminasi makanan, seperti salad, custard, susu, dan produk yang di hasilkannya. Masa inkubasi penyakit akibat organisme ini relative pendek, yaitu sekitar 1-6 jam karena toksin yang di hasilkan organism ini.
Infeksi pada manusia terjadi karena konsumsi makanan yang terkontaminasi toksin. Toksin tersebut memiliki laju reaksi yang cepat dan langsung menyerang usus dan system saraf pusat (SSP). Gejala penyakit ini, antara lain mual, muntah, diare, nyeri abdomen, dan terdapatnya darah dan lender dalam feses. Kematian akibat penyakit ini  jarang terjadi. Penderita dapat sembuh kembali dalam waktu 2-3 hari.



ü  Botulism
Botulism atau botulisme merupakan penyakit Gastroenteristi akut yang di sebabkan oleh Eksotoksin yang di produksi Crostiridium Botulinum. Organisme anaerobic ini banyak di temukan di dalam debu, tanah, dan dalam saluran usus hewan. Dalam makanan kaleng, organisme ini akan membentuk spora. Masa inkubasi botulisme cepat sekitar 12-36 jam. Gejala penyakit berbeda dengan kasus Bacterial Food Poisoning yang lain karena eksotoksin bekerja pada system saraf parasimpatik. Gejala Gastroin testinal yang di timbulkan ringan walau ada beberapa gejala yang tampak dominan, seperti Disfagia, Diplopia, Ptosis, Disarthria, kelemahan pada otot dan terkadang Quadriplegia, walau demam biasa tidak ada, penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan berakibat fatal. Kematian terrjadi dalam waktu 4-8 hari akibat kegagalan pernapasan atau jantung.
Agar lebih aman, sebelum di konsumsi, makanan kaleng sebaiknya dimasak dahulu pada temperature 100 derajat C selama beberapa menit karena toksin Cl. Botulinum bersifat Thermolabil (tidak tahan panas). Pemberian obat quinidine hidroklorida per oral dengan dosis 20-40 mg/kg berat badan dapat mengurangi terjadinya Neoromuscular blok, di samping perawatan yang baik juga sangat bermanfaat dalam pengobatan batulisme.

ü  Cl. Perfringens Food Poisoning
Organisme Clostridium Perfringens (Cl. Welchii) dapat di temukan dalam kotoran manusia dan binatang dalam tanah, air, dan udara. Keracunan terjadi karena mengkonsumsi makanan berupa daging ternak (yang tentunya telah terkontaminasi dengan bakteri ini) yang telah di masak dan di simpan begitu saja selama 24 jam atau lebih serta di masak lagi untuk di sajikan. Masa inkubasi penyakit ini sekitar 6-24 jam. Walau patogenisitas Cl. Perfringens belum banyak di ketahui, organisme ini dapat berkembang biak dengan baik pada suhu sekitar 30 derajat C dan memproduksi berbagai toksin, misalnya Alpha Toxin dan Theta Toxin. Alpha toxin di duga merupakan eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala penyakit, selain ada juga pendapat bahwa jumlah Cl.perfringens yang banyak dalam makanan dapat menyebabkan keracunan makanan. Gejala klinis berupa nyeri abdomen, diare, lesu, subfebris, mual, dan muntah jarang terjadi. Penderitanya dapat sembuh dengan cepat, sementara penyakit ini tidak berakibat fatal.

3.    Bahan Lain

Biasanya jarang menjadi penyebab keracuna makanan. Gangguan kesehatan yang dialami dapat terjadi karena penyiapan makanan yang kurang baik ataupun pemilihan makanan yang tidak tepat (misalnya mengkonsumsi jamur beracun).
Kasus keracunan makanan yang bukan di sebabkan oleh bakteri maupun toksin yang di hasilkannya. Kasus keracunan semacam ini dapat di sebabkan oleh, antara lain:

a)    Keracunan akibat tumbuh-tumbuhan

Banyak sekali kasus keracunan makanan yang di sebabkan oleh tumbuh-tumbuhan. Contohnya antara lain keracunan singkong, keracunan jengkol, keracunan jamur, keracunan atropan Belladona yang berisi alkaloid dari belladonna, dan keracunan apel,berikut ini penjelasannya.
*      Keracunan Singkong: singkong atau ubi kayu adalah jenis bahan tidak semua jenis singkong dapat di konsumsi langsung. Jenis singkong yang mengandung asam sianida dan biasanya di pergunakan ssebagai bahan baku tepung tapioca harus di olah terlebih dahulu ssebelum di jadikan tepung dan di konsunsumsi. Gejala yang muncul akibat keracunan singkong, antara lain mual, muntah, pernapasan cepat, sinosis kesadaran menurun, dan bahkan sampai koma.
*      Keracunan jengkol: Jengkol merupakan salah satu sayur lalapan yang mengandung asam jengkolat. Apabila di konsumsi secara berlebihan, akan terjadi penumpukan dan pembenttukan Kristal asam jengkolat di dalam ginjal sehingga mennimbulkan rasa mual, muntah, nyeri perut hilang timbul yang berupa dengan kolik ureter,rasa sakit bila buang air kecil dan urin berbau jengkol, selain dapat menyebabkan uremia dan kematian.
*      Keracunan jamur beracun: di Indonesia, terdapat ratusan jamur terkenal dan dapat di konsumsi, seperti jamur merang, jamur sampinyo dan sebagainya. Namun, tidak semua jenis jamur dapat di konsumsi karena ada beberapa jenis yang mengandung racun. Jenis racun biasa yang di temukan adalah Amanitin dan muskarin. Apabila tanpa sengaja mengkonsumsi jamur beracun, racun jamur itu akan bekerja sangat cepat dan mengakibatkan rasa mual, muntah, sakit perut, penguaran banyak ludah dan keringat, miosis, diplopia, bradikardi, dan bahkan konvulsi (kejang-kejang).
*      Atropa Belladonna yang berisi alkaloid dari belladonna: Gejala keracunan akibat mengonsumsi subtansi teersebut serupa dengan gejala keracunan atropine, yaitu mulut kering, kulit kering, pandangan mata kabur, dilatasi pupil, takikardi, dan halusinasi.
*      Datura Stronomium (apel): Datura Stonomium mengandung stronomium alkkoloid. Gejala klinis akibat kereacunan stronomium ini seperti dengan gejala klinis keracunan Atropin. Tidak ada terapi yang spesifik untuk keeracunan zat tersebut. Gejala klinis berupa gangguan pada susunan saraf perifer dapat dinetralisasikan dengan pemberian pilokarpin, tetapi obat ini tidak dapat menetralisasikan gangguan pada sistem saraf  pusat. Penguaran racun pada korban keracunan dapat di lakukan dengan induksi muntah untuk mengosongkan lambung atau dengan bilasan lambung
.
b)   Keracunan akibat kerangdan ikan laut
Kasus keracunan kerang dan ikan laut memiliki gejala yang dapat terjadi secara langsung dalam menit atau bahkan kurang dari itu setelah mengonsumsi kerang atau ikan laut. Gejala yang muncul, antara lain, kemerah-merahan, pada muka, dada, dan lengan, gatal-gatal , urtikarya, anggioderma, edema, takikardi, palpitasi, sakit perut dan diare. Pada kasus yang berat dapat terjadi gangguan pernapasan. Toksin tersebut juga dapat menimbulkan gangguan pada indera perasa, dimana rasa panas akan terasa dingin & sebaliknya. Biasanya ikan yang mengandung toksin tersebut berasal dari perairan tropis.

c)    Keracunan akibat bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan keracunan makanan antara lain, zat pewarna makanan, logam berat, bumbuh penyedap, dan bahan pengawet.
Berikut beberapa jenis penyakit antara lain yang sering di temukan antara lain:
1.    Chinese Restaurant Syndrome: Sebagian orang yang mengonsumsi makanan cina dalam 10-20 menit akan mengalami gejala semacam rasa tidak enak, dan rasa terbakar di leher bagian belakang, kesemutan pada lengan atas bagian belakang dan di depan dada. Kemunculan gejala tersebut berfariasi, biasanya akan berlangsung selama 45 menit sampai 2 jam. Kemungkinan penyebab adalah monosodium klutamat yang sering di pakai sebagai bumbuh penyedap masakan cina.
2.    Hot Dog Headache: Pada beberapa orang yang mengonsumsi hot dog akan mengalami sakit di bagian kepala dan muka memerah yang muncul dalam 30 menit setelah mengonsumsi makanan tersebut. Kondisi itu mungkin di sebabkan oleh natrium nitrit yang di gunakan pada proses pembuatan hot dog.
3.    Keracunan zat-zat kimia: Kasus keracunan semacam ini terjadi karena seseorang tanpa senngaja atau tanpa sepengatahuannya mengonsumsi zat kimia beracun yang ada dalam makanan. Contoh zat kimia beracun  tersebut, antara lain, racun tikus, insektisida, natrium klorida yang di sangka susu, atau barium bikarbonat yang di sangka tepung. Beberapa peralatan makanan yang di lapisi dengan bahan tertentu (misalnya, antimon atau zinkum) tidak boleh di gunakan untuk mewadahi makanan yang mengandung zat tertentu ( misalnya asam) karena bahan pelapis itu akan bereaksi dengan asam dan menghasilkan racun. Contoh kasus lainnya adalah keracunan karena mengonsumsi makanan berupa ikan atau hasil laut lain yang mengandung logam berat seperti mercury (hg), penyebab penyakit mina mata , atau mengandung cadmium (Cd), penyebab penyakit Itai-itai di Jepang.

F.    Penanganan dan Pencegahan Keracunan Makanan

1.     Penanganan Keracunana Makanan

Penanganan utama untuk kejadian keracunan makanan adalah dengan cara mengganti cairan tubuh yang keluar (karena muntah atau diare) baik dengan minuman ataupun cairan infus. Bila perlu, penderita dapat dirawat di rumah sakit. Hal ini tergantung dari beratnya dehidrasi yang dialami, respon terhadap terapi & kemampuan untuk meminum cairan tanpa muntah.
Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan untuk menangani kasus keracunan makanan:
a.    Pemberian obat anti muntah & diare.
b.    Bila terjadi demam dapat juga diberikan obat penurun panas.
c.   Antibiotika jarang diberikan untuk kasus keracunan makanan. Karena pada beberapa kasus, pemberian antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya pada kasus tertentu yang spesifik, antibiotika diberikan untuk memperpendek waktu penyembuhan.
d.   Bila mengalami keracunan makanan karena jamur atau bahan kimia tertentu (pestisida). Penanganan yang lebih cepat harus segera diberikan, termasuk diantaranya pemberian cairan infus, tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa ataupun pemberian penangkal racunnya seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya penderita langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

2.    Pencegahan Keracunan Makanan

Ada enam langkah mencegah keracunan makanan diantaranya yaitu:
a.    Pemilihan bahan makanan,
b.    Penyimpanan makanan mentah,
c.    Pengolahan bahan makanan,
d.    Penyimpanan makanan jadi,
e.    Pengangkutan,
f.   Penyajian makanan kaya serat, terlalu banyak gula, pedas, minuman kafein dan soda.

Selain itu cara-cara menghindari dan mencegah keracunan dari beberapa bahan makanan sebagai berikut :
  1. Masaklah daging, unggas & telur hingga masak seluruhnya. Dengan memastikan kematangan masakan dapat meyakinkan bahwa bakteri yang mungkin terdapat pada bahan masakan tersebut telah mati seluruhnya.
  2. Pisahkan wadah antara bahan makanan yang masih mentah dengan yang sudah matang. Hindari kemungkinan kontaminasi bakteri dari bahan mentah dengan selalu mencuci tangan, pisau & peralatan yang sebelumnya digunakan untuk memproses daging mentah. Sebelum digunakan pada makanan yang sudah matang.
  3. Dinginkan. Simpan  makanan yang masih tersisa pada lemari es segera. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada suhu ruangan, jadi sebaiknya simpan makanan yang tersisa bila tidak dikonsumsi dalam waktu 4 jam kedepan.
  4. Bersihkan. Cuci buah segar & sayuran di bawah air yang mengalir untuk menghilangkan tanah & kotoran yang mungkin ada. Sebaiknya buang lapisan terluar dari kol atau sawi putih. Karena bakteri dapat tumbuh pada permukaan tempat memotong makanan, sebaiknya hindari meninggalkan sayur & buah pada suhu ruangan dalam waktu yang lama. Selain itu, jangan menjadi sumber dari penyakit juga, selalu cucilah tangan dengan sabun & air sebelum menyiapkan makanan. Hindari menyiapkan makanan ketika sedang mengalami diare.
  5. Bila terjadi kasus keracunan makanan, laporkan secepatnya pada petugas kesehatan terdekat. Untuk dapat menghindari terjadinya kejadian yang lebih parah lagi.
Hal-hal yang pelu diperhatikan saat memilih makanan :
1)     Bila makan diluar, perhatikan kebersihan makanannya.
2)     Jangan memakan makanan yang sudah berbau asam/basi.
3)     Jangan memakan makanan yang tampak sudah ditumbuhi oleh jamur.
4)   Bila minum es, perhatikan es batu yang digunakan karena es balok biasanya dibuat dengan air mentah untuk tujuan pengawetan ikan & bukan diperuntukkan untuk dikonsumsi.

Selain itu makanan yang baik dikonsumsi ketika keracunan makanan adalah pisang, nasi, apel dan roti, setelah dua hari atau lebih boleh mengonsumsi kentang, wortel yang dimasak, biskuit serta buah dan sayuran lainnya. Sedangkan untuk cairannya bisa minum air putih, minuman olahraga, teh herbal dan jus buah (selain jus pir dan jus apel karena bisa memicu diare).

3. langkah-langkah Penanggulangan Keracunan Makanan

a.    Pemeriksaan penderita di puskesmas/ rumah sakit
b.    Pemeriksaan specimen penderita
c.    Pemeriksaan sampel makanan
d.    Membuat evaluasi kasus keracunan
e.    Menentukan jenis makanan yang dicurigai
Menarik kesimpulan kasus keracunan berdasarkan

1 komentar:

  1. terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,

    BalasHapus