A. Keracunan Pangan
Menurut Peraturan
Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal
dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Keracunan pangan
yaitu masuknya atau adanya kandungan zat-zat berbahaya yang ada di dalam bahan
pangan sehingga merusak atau mengurangi fungsi dari bahan pangan tersebut.
Penyakit karena
pangan ( foodborne diseases ), atau dalam bahasa sehari-hari dikenal
sebagai keracunan makanan, dapat disebabkan adanya patogen (virus, bakteri,
protozoa, cacing) maupun bahan kimia (residu pestisida, logam berat, bahan
tambahan ilegal, mikotoksin dan sebagainya). Secara umum penyakit-penyakit
karena patogen asal pangan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu infeksi dan intoksikasi. Infeksi adalah penyakit asal pangan yang paling
banyak diketahui dan telah lama dipelajari. Infeksi terjadi karena masuknya
patogen hidup seperti virus, bakteri, protozoa, cacing melalui bahan pangan.
Patogen yang berhasil bertahan melalui asam lambung dan mencapai usus akan
berusaha untuk memulai komunitas barunya dengan berbagai mekanisme yang
dimiliki oleh masing-masing patogen tersebut. Beberapa bakteri sebenarnya tidak
tahan dengan pH lambung, akan tetapi jika terdapat dalam jumlah besar pada
makanan atau terlindung oleh kandungan lemak yang tinggi pada makanan, maka
sebagian dari bakteri yang berhasil mencapai usus akan berusaha hidup, dan pada
saat yang bersamaan mengganggu kesehatan inang (manusia) yang ditumpanginya
dengan berbagai cara. Sedangkan untuk intoksikasi adalah penyakit yang
disebabkan oleh masuknya toksin melalui bahan pangan ke dalam tubuh. Toksin
dalam bahan pangan dapat berupa toksin secara alami terdapat dalam bahan pangan
tersebut, toksin yang dihasilkan bakteri atau kapang, toksin lingkungan, atau
toksin dari penggunaan pestisida.
Peristiwa
intoksikasi oleh produk bakteri berbeda dengan mekanisme terjadinya infeksi.
Dalam hal intoksikasi pangan oleh toksin bakteri, maka bakterinya tidak harus
terdapat dalam bahan pangan. Beberapa jenis bakteri yang tumbuh dan berkembang
biak dalam makanan dapat membentuk toksin dan ketika makanan tersebut ditelan
maka toksin tersebut dapat mengganggu kesehatan. Toksin yang dihasilkan bakteri
dapat berupa toksin emetik (seperti yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus dan Bacillus cereus ), toksin penyebab diare ( B. cereus ),
sampai kepada toksin yang menyerang sistem syaraf seperti botulin yang
dihasilkan oleh Clostridium botulinum.
Botulin adalah
toksin bakteri yang paling mematikan yang dapat terbentuk pada makanan kalerng
yang tidak diproses dengan benar atau dengan pemanasan yang cukup. Bakteri
penghasil toksin ini banyak terdapat di tanah, dan mungkin mencemari hasil
pertanian maupun peternakan. Sifat bakteri ini yang anaerob obligat
mengakibatkannya dapat tumbuh dan berkembang biak dalam makanan kaleng. Oleh
karenanya proses pengalengan panas yang benar umumnya dilaksanakan berdasarkan
konsep 12 D artinya mampu membunuh 10 12 sel C. botulinum , jumlah yang
terlalu tinggi untuk mungkin terdapat dalam bahan makanan.
Intoksikasi dapat
pula disebabkan oleh berbagai toksin kapang (mikotoksin) yang terbentuk dalam
bahan pangan yang dicemari oleh kapang yang sehari-hari sering disebut sebagai
jamur. Biji-bijian yang tidak dipanen pada waktu yang tepat, dikeringkan secara
asal-asalan atau disimpan dengan baik mungkin mengundang pertumbuhan kapang.
Jika tersedia gizi, air dan suhu yang tepat maka kapang tersebut membentuk
metabolit sekundernya berupa toksin. Toksin kapang, yang umumnya bukan
merupakan protein ini, sangat tahan panas dan diperlukan suhu yang amat tinggi
seperti 150-200 o C untuk memusnahkannya. Salah satu mikotoksin yang paling
banyak diketahui karakeristiknya adalah aflatoksin yang dihasilkan oleh
Aspergillus flavus.
D. Keracunan Makanan
Keracunan makanan merupakan satu penyakit Gastroenteritis Akut.
Penyakit ini terjadi karena kontaminasi bakteri hidup atau toksin yang di
hasilkannya pada makanan atau karena kontaminasi zat-zat organic dan racun yang
berasal dari tanaman dan binatang.
Kejadian keracunan
makanan, biasanya disebabkan karena mengkonsumsi makanan & minuman yang
telah terkontaminasi dengan bakteri, parasit atau virus. Bahan kimia berbahaya
juga dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan jika mereka mengkontaminasi
makanan baik saat panen ataupun proses lainnya
Keracunan makanan
umumnya disebabkan karena kontaminasi makanan dan minuman oleh patogen atau zat
kimia berbahaya. Gejala umum dari keracunan makanan adalah sakit perut, diare,
muntah-muntah, bahkan bisa menyebabkan kematian. Keracunan makanan sering
terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung racun seperti
bakteri, virus atau parasit.
Meskipun kebanyakan
kasus keracunan makanan tidak terdiagnosa & dilaporkan, tetapi menurut CDC,
di Amerika diperkirakan terdapat 76 juta orang yang mengalami kasus keracunan
makanan setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 5000 orang meninggal dunia. Sedangkan
di Indonesia, meskipun tidak terdapat data yang pasti, bisa jadi angka tersebut
lebih besar lagi. Hal ini karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar
masyarakat mengenai kebersihan makanan.
Pada sebagian besar
kasus keracunan makanan, gejala yang timbul hampir mirip dengan flu perut/flu
usus. Gejala tersebut dapat berlangsung mulai dari hitungan jam hingga hari,
berikut gejala terjadinya keracunan makanan :
1.
Perut kram
Kram perut umumnya
terjadi segera setelah mengonsumsi makanan, atau dalam waktu 12-72 jam. Kondisi
ini merupakan salah satu usaha penolakan tubuh terhadap zat beracun. Kram perut
umumnya hilang sendiri dalam waktu 4-7 hari, tapi jika kram perutnya parah
sebaiknya segera mencari bantuan medis.
2. Muntah dan diare
Muntah dan diare
merupakan efek yang umum dari keracunan makanan yang merupakan usaha tubuh
untuk membersihkan diri dari racun yang tertelan. Kram perut yang timbul bisa
membuat muntah dan diare menjadi lebih parah. Jika muntah dan diare berlangsung
terus menerus bisa menyebabkan hilangnya nutrisi penting. Kondisi ini bisa
dicegah dengan mencuci tangan serta menjaga kebersihan diri dan makanan.
3. Dehidrasi
Dehidrasi berarti
kehilangan cairan tubuh, elektrolit dan juga mineral yang berpotensi serius
terhadap kesehatan. Kondisi ini umumnya diperparah dengan adanya muntah dan
diare. Untuk dehidrasi yang parah biasanya membutuhkan cairan pengganti
langsung dari intravena. Untuk mencegah dehidrasi sebaiknya tetap minum air
yang banyak atau minuman yang mengandung elektrolit.
Biasanya kasus
keracunan makanan tidak terlalu berat & dapat sembuh dalam waktu 24-48 jam.
Tetapi dapat juga terjadi kasus keracunan makanan hingga menyebabkan kematian.
E. Penyebab Keracunan Makanan
1. Virus
a. Norovirus
Adalah kelompok
virus yang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu berat (sering disebut dengan
flu perut/flu usus). Gejala yang timbul adalah mual, muntah, diare, nyeri
perut, sakit kepala & demam. Gejala-gejala tersebut biasanya akan hilang
dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari. Virus ini menjadi penyebab paling umum
dalam kasus keracunan makanan pada orang dewasa & biasanya masuk kedalam
tubuh melalui air, sayuran & kerang yang terkontaminasi oleh feses, dapat
juga dari orang ke orang.
b. Rotavirus
Dapat menyebabkan
terjadinya keracunan makanan yang sedang hingga berat, biasanya ditandai dengan
diare cair & demam. Merupakan penyebab umum keracunan makanan pada bayi
& anak-anak, dan biasanya masuk kedalam tubuh dari orang ke orang melalui
kontaminasi feses pada makanan ataupun saat berbagi tempat bermain.
c. Hepatitis A
Virus hepatitis A
dapat menyebabkan keracunan makanan yang ditandai dengan demam, hilangnya nafsu
makan, nyeri perut & merasa lelah, yang kemudian diikuti dengan mata &
kulit yang berwarna kuning (jaundice). Gejala tersebut biasanya berlangsung
kurang dari 2 bulan, tetapi dapat kambuh & muncul lagi dalam jangka waktu
hingga 6 bulan. Virus tersebut masuk kedalam tubuh dari orang ke orang melalui
kontaminasi makanan oleh feses.
2. Bakteri
Bakteri dapat
menyebabkan terjadinya keracunan makanan melalui 2 cara. Beberapa bakteri dapat
menginfeksi usus, yang menyebabkan terjadinya peradangan & kesulitan untuk
menyerap nutrisi & air, sehingga timbul diare. Bakteri jenis lain dapat
menghasilkan senyawa kimia dalam makanan (sering disebut dengan toksin) yang
berbahaya bagi sistem pencernaan manusia. Saat termakan, senyawa kimia tersebut
dapat menimbulkan mual, muntah, kegagalan ginjal bahkan kematian.
Karakteristik
keracunan makanan yang di sebabkan oleh bakteri, antara lain:
1. Penderita menyantap jenis makanan yang
sama
2. Penyakit menyerang pada banyak orang
dalam waktu bersamaan
3. Sumber penyebab yang sama
4. Gejala-gejala penyakitnya mirip satu
dengan lain
Keadaan semacam itu sering di jumpai pada sejumlah orang yang
menderita penyakit Gastroenteritis akut . Contohnya adalah kasus keracunan
makanan pada kariawan di sebuah pabrik atau keracunan makanan yang di alami
para tamu undangan di sebuah pesta. Keracunan makanan yang penyebabnya bukan
bacteri atau bahan makanan lain tidak selalu menimbulkan gejala yang sama,
tetapi tetap berbahaya bagi kesehatan manusia.
Batasan dan penyebabkeracunan makanan perlu di pertegas dan di
bedakan dengan penyakit Gastroenteritis Akut biasa agar tidak menimbulkan
polemic dan masalah pada masyarakat awam. Secara sederhana, keracunan makanan
berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 jenis.
a) Bacterial Food Poisoning
b) Non Bakterial Food Poisoning
Bacterial
Food Poisoning terjadi akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi dengan bacteri
hidup terkontaminasi toksin yang dihasilkan bacteri tersebut. Bacterial Food
Poisoning dapat di bedakan menjadi 4 tipe, yaitu:
ü Salmonella Food Poisoning
Salmonella food poisoning merupakan Zoonotik
(berasal dari hewan) yang dapat terjadi di mana-mana. Penyakitini di tularkan
kepada manusia melalui produk ternak yang terkontaminasi, seperti daging, susu,
atau telur. Tikus juga merupakan salah satu binatang penyebar penyakit melalui
makanan. Binatang ini mengkontaminasi
makanan melalui urin atau kotorannya.
Insidensi penyakit
ini meningkat di Negara barat akibat beberapa factor berikut:
a) Peningkatan pedagangan internasional
berupa produk bahan makanan yang berasal dari hewan ternak.
b) Penggunaan deterjen secara luas pada
rumah tangga mempengaruhi pengolahan air kotor.
c) Distribusi dan pemakaian makanan jadi
atau makanan kaleng meningkat di mana-mana.
d) Terdapat lebih dari 50 spesis Salmonella,
yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah Salmonella Typhimurium,
Salmonella Cholera-suis, Shigella Sonnel, dan lain-lain. Organisme ini
berkembangbiak di dalam usus dan menimbulkan gejala penyakit Gastroenteritis
akut berupa mual, muntah-muntah, diare, sakit kepala, nyeri abdomen, dan demam.
Angka Mortalitas akibat penyakit ini sekitar 1%.
ü Staphylococcal Food Poisoning
Staphylococcal food poisoning merupakan kasus
keracunan makanan yang di sebabkan oleh Enterotoksin yang di hasilkan oleh
Staphylococcus Aureus. Kuman stafilokokus akan mati sewaktu makanan di masak,
tetapi entrotoksin yang di hasilkan memiliki sifat tahan panas sehingga dapat
bertahan pada temperatur100 derajat C selama beberapa menit.
Staphylokokus banyak di temukan dalam
bagian-bagian tubuh, seperti di hidung, tenggorok dan di kulit manusia, selain
itu juga dapat di temukan menempel pada debu di dalam kamar. Organisme ini
dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Staphylokokus juga dapat
mengkontaminasi makanan, seperti salad, custard, susu, dan produk yang di
hasilkannya. Masa inkubasi penyakit akibat organisme ini relative pendek, yaitu
sekitar 1-6 jam karena toksin yang di hasilkan organism ini.
Infeksi pada manusia terjadi karena konsumsi
makanan yang terkontaminasi toksin. Toksin tersebut memiliki laju reaksi yang
cepat dan langsung menyerang usus dan system saraf pusat (SSP). Gejala penyakit
ini, antara lain mual, muntah, diare, nyeri abdomen, dan terdapatnya darah dan
lender dalam feses. Kematian akibat penyakit ini jarang terjadi. Penderita dapat sembuh
kembali dalam waktu 2-3 hari.
ü Botulism
Botulism atau
botulisme merupakan penyakit Gastroenteristi akut yang di sebabkan oleh
Eksotoksin yang di produksi Crostiridium Botulinum. Organisme anaerobic ini
banyak di temukan di dalam debu, tanah, dan dalam saluran usus hewan. Dalam
makanan kaleng, organisme ini akan membentuk spora. Masa inkubasi botulisme
cepat sekitar 12-36 jam. Gejala penyakit berbeda dengan kasus Bacterial Food
Poisoning yang lain karena eksotoksin bekerja pada system saraf parasimpatik.
Gejala Gastroin testinal yang di timbulkan ringan walau ada beberapa gejala
yang tampak dominan, seperti Disfagia, Diplopia, Ptosis, Disarthria, kelemahan
pada otot dan terkadang Quadriplegia, walau demam biasa tidak ada, penyakit ini
dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan berakibat fatal. Kematian terrjadi
dalam waktu 4-8 hari akibat kegagalan pernapasan atau jantung.
Agar lebih aman,
sebelum di konsumsi, makanan kaleng sebaiknya dimasak dahulu pada temperature
100 derajat C selama beberapa menit karena toksin Cl. Botulinum bersifat
Thermolabil (tidak tahan panas). Pemberian obat quinidine hidroklorida per oral
dengan dosis 20-40 mg/kg berat badan dapat mengurangi terjadinya Neoromuscular
blok, di samping perawatan yang baik juga sangat bermanfaat dalam pengobatan
batulisme.
ü Cl. Perfringens Food Poisoning
Organisme Clostridium Perfringens (Cl. Welchii)
dapat di temukan dalam kotoran manusia dan binatang dalam tanah, air, dan
udara. Keracunan terjadi karena mengkonsumsi makanan berupa daging ternak (yang
tentunya telah terkontaminasi dengan bakteri ini) yang telah di masak dan di
simpan begitu saja selama 24 jam atau lebih serta di masak lagi untuk di
sajikan. Masa inkubasi penyakit ini sekitar 6-24 jam. Walau patogenisitas Cl.
Perfringens belum banyak di ketahui, organisme ini dapat berkembang biak dengan
baik pada suhu sekitar 30 derajat C dan memproduksi berbagai toksin, misalnya
Alpha Toxin dan Theta Toxin. Alpha toxin di duga merupakan eksotoksin yang
dapat menimbulkan gejala penyakit, selain ada juga pendapat bahwa jumlah
Cl.perfringens yang banyak dalam makanan dapat menyebabkan keracunan makanan.
Gejala klinis berupa nyeri abdomen, diare, lesu, subfebris, mual, dan muntah
jarang terjadi. Penderitanya dapat sembuh dengan cepat, sementara penyakit ini
tidak berakibat fatal.
3. Bahan Lain
Biasanya jarang
menjadi penyebab keracuna makanan. Gangguan kesehatan yang dialami dapat
terjadi karena penyiapan makanan yang kurang baik ataupun pemilihan makanan
yang tidak tepat (misalnya mengkonsumsi jamur beracun).
Kasus keracunan makanan yang bukan di sebabkan oleh bakteri maupun
toksin yang di hasilkannya. Kasus keracunan semacam ini dapat di sebabkan oleh,
antara lain:
a) Keracunan akibat tumbuh-tumbuhan
Banyak sekali kasus keracunan makanan yang di sebabkan oleh
tumbuh-tumbuhan. Contohnya antara lain keracunan singkong, keracunan jengkol,
keracunan jamur, keracunan atropan Belladona yang berisi alkaloid dari
belladonna, dan keracunan apel,berikut ini penjelasannya.
Keracunan
Singkong: singkong atau ubi kayu adalah jenis bahan tidak semua jenis singkong
dapat di konsumsi langsung. Jenis singkong yang mengandung asam sianida dan
biasanya di pergunakan ssebagai bahan baku tepung tapioca harus di olah
terlebih dahulu ssebelum di jadikan tepung dan di konsunsumsi. Gejala yang
muncul akibat keracunan singkong, antara lain mual, muntah, pernapasan cepat,
sinosis kesadaran menurun, dan bahkan sampai koma.
Keracunan
jengkol: Jengkol merupakan salah satu sayur lalapan yang mengandung asam
jengkolat. Apabila di konsumsi secara berlebihan, akan terjadi penumpukan dan
pembenttukan Kristal asam jengkolat di dalam ginjal sehingga mennimbulkan rasa
mual, muntah, nyeri perut hilang timbul yang berupa dengan kolik ureter,rasa
sakit bila buang air kecil dan urin berbau jengkol, selain dapat menyebabkan
uremia dan kematian.
Keracunan
jamur beracun: di Indonesia, terdapat ratusan jamur terkenal dan dapat di
konsumsi, seperti jamur merang, jamur sampinyo dan sebagainya. Namun, tidak
semua jenis jamur dapat di konsumsi karena ada beberapa jenis yang mengandung
racun. Jenis racun biasa yang di temukan adalah Amanitin dan muskarin. Apabila
tanpa sengaja mengkonsumsi jamur beracun, racun jamur itu akan bekerja sangat
cepat dan mengakibatkan rasa mual, muntah, sakit perut, penguaran banyak ludah
dan keringat, miosis, diplopia, bradikardi, dan bahkan konvulsi
(kejang-kejang).
Atropa
Belladonna yang berisi alkaloid dari belladonna: Gejala keracunan akibat
mengonsumsi subtansi teersebut serupa dengan gejala keracunan atropine, yaitu
mulut kering, kulit kering, pandangan mata kabur, dilatasi pupil, takikardi,
dan halusinasi.
Datura
Stronomium (apel): Datura Stonomium mengandung stronomium alkkoloid. Gejala
klinis akibat kereacunan stronomium ini seperti dengan gejala klinis keracunan
Atropin. Tidak ada terapi yang spesifik untuk keeracunan zat tersebut. Gejala
klinis berupa gangguan pada susunan saraf perifer dapat dinetralisasikan dengan
pemberian pilokarpin, tetapi obat ini tidak dapat menetralisasikan gangguan
pada sistem saraf pusat. Penguaran racun
pada korban keracunan dapat di lakukan dengan induksi muntah untuk mengosongkan
lambung atau dengan bilasan lambung
.
b) Keracunan akibat kerangdan ikan laut
Kasus keracunan
kerang dan ikan laut memiliki gejala yang dapat terjadi secara langsung dalam
menit atau bahkan kurang dari itu setelah mengonsumsi kerang atau ikan laut. Gejala
yang muncul, antara lain, kemerah-merahan, pada muka, dada, dan lengan,
gatal-gatal , urtikarya, anggioderma, edema, takikardi, palpitasi, sakit perut
dan diare. Pada kasus yang berat dapat terjadi gangguan pernapasan. Toksin tersebut juga dapat menimbulkan gangguan pada indera
perasa, dimana rasa panas akan terasa dingin & sebaliknya. Biasanya ikan
yang mengandung toksin tersebut berasal dari perairan tropis.
c) Keracunan akibat bahan kimia
Bahan-bahan
kimia yang dapat menimbulkan keracunan makanan antara lain, zat pewarna
makanan, logam berat, bumbuh penyedap, dan bahan pengawet.
Berikut
beberapa jenis penyakit antara lain yang sering di temukan antara lain:
1. Chinese Restaurant Syndrome: Sebagian
orang yang mengonsumsi makanan cina dalam 10-20 menit akan mengalami gejala
semacam rasa tidak enak, dan rasa terbakar di leher bagian belakang, kesemutan
pada lengan atas bagian belakang dan di depan dada. Kemunculan gejala tersebut
berfariasi, biasanya akan berlangsung selama 45 menit sampai 2 jam. Kemungkinan
penyebab adalah monosodium klutamat yang sering di pakai sebagai bumbuh
penyedap masakan cina.
2. Hot Dog Headache: Pada beberapa orang
yang mengonsumsi hot dog akan mengalami sakit di bagian kepala dan muka memerah
yang muncul dalam 30 menit setelah mengonsumsi makanan tersebut. Kondisi itu
mungkin di sebabkan oleh natrium nitrit yang di gunakan pada proses pembuatan
hot dog.
3. Keracunan zat-zat kimia: Kasus keracunan
semacam ini terjadi karena seseorang tanpa senngaja atau tanpa sepengatahuannya
mengonsumsi zat kimia beracun yang ada dalam makanan. Contoh zat kimia
beracun tersebut, antara lain, racun
tikus, insektisida, natrium klorida yang di sangka susu, atau barium bikarbonat
yang di sangka tepung. Beberapa peralatan makanan yang di lapisi dengan bahan
tertentu (misalnya, antimon atau zinkum) tidak boleh di gunakan untuk mewadahi
makanan yang mengandung zat tertentu ( misalnya asam) karena bahan pelapis itu
akan bereaksi dengan asam dan menghasilkan racun. Contoh kasus lainnya adalah
keracunan karena mengonsumsi makanan berupa ikan atau hasil laut lain yang
mengandung logam berat seperti mercury (hg), penyebab penyakit mina mata , atau
mengandung cadmium (Cd), penyebab penyakit Itai-itai di Jepang.
F. Penanganan dan Pencegahan Keracunan Makanan
1.
Penanganan
Keracunana Makanan
Penanganan utama
untuk kejadian keracunan makanan adalah dengan cara mengganti cairan tubuh yang
keluar (karena muntah atau diare) baik dengan minuman ataupun cairan infus.
Bila perlu, penderita dapat dirawat di rumah sakit. Hal ini tergantung dari
beratnya dehidrasi yang dialami, respon terhadap terapi & kemampuan untuk meminum
cairan tanpa muntah.
Berikut adalah
beberapa hal yang dilakukan untuk menangani kasus keracunan makanan:
a. Pemberian obat anti
muntah & diare.
b. Bila terjadi demam
dapat juga diberikan obat penurun panas.
c. Antibiotika jarang
diberikan untuk kasus keracunan makanan. Karena pada beberapa kasus, pemberian
antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya pada kasus tertentu yang spesifik,
antibiotika diberikan untuk memperpendek waktu penyembuhan.
d. Bila mengalami
keracunan makanan karena jamur atau bahan kimia tertentu (pestisida).
Penanganan yang lebih cepat harus segera diberikan, termasuk diantaranya
pemberian cairan infus, tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa ataupun
pemberian penangkal racunnya seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus
keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya penderita langsung dibawa ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
2. Pencegahan Keracunan Makanan
Ada enam langkah mencegah keracunan makanan
diantaranya yaitu:
a. Pemilihan bahan makanan,
b. Penyimpanan makanan
mentah,
c. Pengolahan bahan
makanan,
d. Penyimpanan makanan
jadi,
e. Pengangkutan,
f. Penyajian makanan kaya serat, terlalu banyak
gula, pedas, minuman kafein dan soda.
Selain itu cara-cara
menghindari dan mencegah keracunan dari beberapa bahan makanan sebagai berikut
:
- Masaklah daging, unggas & telur hingga masak seluruhnya. Dengan memastikan kematangan masakan dapat meyakinkan bahwa bakteri yang mungkin terdapat pada bahan masakan tersebut telah mati seluruhnya.
- Pisahkan wadah antara bahan makanan yang masih mentah dengan yang sudah matang. Hindari kemungkinan kontaminasi bakteri dari bahan mentah dengan selalu mencuci tangan, pisau & peralatan yang sebelumnya digunakan untuk memproses daging mentah. Sebelum digunakan pada makanan yang sudah matang.
- Dinginkan. Simpan makanan yang masih tersisa pada lemari es segera. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada suhu ruangan, jadi sebaiknya simpan makanan yang tersisa bila tidak dikonsumsi dalam waktu 4 jam kedepan.
- Bersihkan. Cuci buah segar & sayuran di bawah air yang mengalir untuk menghilangkan tanah & kotoran yang mungkin ada. Sebaiknya buang lapisan terluar dari kol atau sawi putih. Karena bakteri dapat tumbuh pada permukaan tempat memotong makanan, sebaiknya hindari meninggalkan sayur & buah pada suhu ruangan dalam waktu yang lama. Selain itu, jangan menjadi sumber dari penyakit juga, selalu cucilah tangan dengan sabun & air sebelum menyiapkan makanan. Hindari menyiapkan makanan ketika sedang mengalami diare.
- Bila terjadi kasus keracunan makanan, laporkan secepatnya pada petugas kesehatan terdekat. Untuk dapat menghindari terjadinya kejadian yang lebih parah lagi.
Hal-hal yang pelu diperhatikan
saat memilih makanan :
1) Bila makan diluar,
perhatikan kebersihan makanannya.
2) Jangan memakan
makanan yang sudah berbau asam/basi.
3) Jangan memakan
makanan yang tampak sudah ditumbuhi oleh jamur.
4) Bila minum es,
perhatikan es batu yang digunakan karena es balok biasanya dibuat dengan air
mentah untuk tujuan pengawetan ikan & bukan diperuntukkan untuk dikonsumsi.
Selain itu makanan
yang baik dikonsumsi ketika keracunan makanan adalah pisang, nasi, apel dan
roti, setelah dua hari atau lebih boleh mengonsumsi kentang, wortel yang
dimasak, biskuit serta buah dan sayuran lainnya. Sedangkan untuk cairannya bisa
minum air putih, minuman olahraga, teh herbal dan jus buah (selain jus pir dan
jus apel karena bisa memicu diare).
3. langkah-langkah Penanggulangan Keracunan Makanan
a.
Pemeriksaan penderita di puskesmas/ rumah sakit
b.
Pemeriksaan specimen penderita
c.
Pemeriksaan sampel makanan
d.
Membuat evaluasi kasus keracunan
e.
Menentukan jenis makanan yang dicurigai
Menarik kesimpulan
kasus keracunan berdasarkan
terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,
BalasHapus