Selasa, 02 Juli 2013

PERTAHANAN TUBUH


 
PERTAHANAN TUBUH

 
Pertahanan tubuh manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu pertahanan tubuh non spesifik dan pertahanan tubuh spesifik.

·         Sistem pertahan tubuh non spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh yang melindungi dari berbagai ancaman secara umum. Sistem pertahan non spesifik berupa : hambatan mekanik, seperti kulit, mukosa, mukus dan silia pada saluran pernafasan. Selain itu berupa fagositosis, sistem komplemen dan sel pembunuh.
·         Sistem pertahanan tubuh spesifik, berkaitan dengan adanya respon kekebalan tubuh yang dapat berperantara seluler maupun humoral. Respon kekebalan tubuh berperantara humoral dapat bersifat aktif maupun pasif. Sistem ini mampu mengenali antigen sebagai benda asing. Mempunyai spesifitas tertentu dan mempunyai memori atau ingatan terhadap antigen.

Respon kekebalan tubuh yang bersifat aktif merupakan hasil vaksinasi, dan materi yang berkaitan dengan respon kekebalan humoral aktif adalah antigen, epitop, antibodi dan limfosit.

Sistem kekebalan tubuh terdiri dari jaringan limfoid dalam tubuh, yang meliputi:
·         Sumsum tulang
·         Kelenjar getah bening
·          Bagian dari limpa dan saluran pencernaan
·         Timus
·         Amandel

Protein dan sel dalam darah juga merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh membantu melindungi tubuh dari zat berbahaya yang disebut antigen. Contoh antigen termasuk bakteri, virus, racun, sel-sel kanker, dan darah asing atau jaringan dari orang atau spesies lain.
Ketika sistem kekebalan tubuh mendeteksi antigen, akan meresponnya dengan memproduksi protein yang disebut antibodi yang menghancurkan zat-zat berbahaya. Respon sistem kekebalan tubuh juga melibatkan proses yang disebut fagositosis. Selama proses ini, sel-sel darah putih tertentu menelan dan menghancurkan bakteri dan zat asing lainnya. Protein yang disebut "melengkapi" membantu proses ini.
Gangguan sistem kekebalan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak melawan tumor atau zat berbahaya sebagaimana mestinya. Respon imun mungkin terlalu aktif atau kurang aktif. Gangguan Immunodeficiency dapat mempengaruhi setiap bagian dari sistem kekebalan tubuh. Umumnya, kondisi ini terjadi ketika sel-sel darah putih khusus yang disebut T atau limfosit B (atau keduanya) tidak bekerja dengan baik sebagaimana mestinya, atau ketika tubuh. Anda tidak menghasilkan cukup antibodi.
Imunosupresi melibatkan tindakan yang mengurangi aktifitas atau kemanjuran system kekebalan tubuh itu sendiri memiliki efek penekanan imun pada bagian lain dari system kekebalan tubuh, dan imunosupresi dapat terjadi sebagai reaksi merugikan terhadap pengobatan kondisi lain.
Imunosupresi induksi sengaja umumnya dilakukan untuk mencegah tubuh dari menolak transplantasi organ, mengobati graft-versus-host penyakit setelah tranplantasi sumsum tulang, atau pengobatan penyakit auto-imun seperti rheumatoid arthritis atau penyakit crohn. Hal ini biasa dilakukan dengan menggunakan obat-obatan, namun mungkin melibatkan pembedahan (splnektomi), plasmapharesis, atau radiasi.
Seseorang yang sedang mengalami imunosupresi, atau system kekebalan tubuh yang lemah karena alas an lain (misalnya kemoterapi, HIV, dan lupus) dikatakan immunocompromised. Ketika organ ditransplantasikan, system kekebalan tubuh penerima kemungkinan besar akan mengenalinya sebagai jaringan asing dan menyerangnya. Penghancuran organ tersebut akan fatal akibatnya jika tidak diobati mungkin akan dapat menyebabkan kematian.
Pada masa lalu terapi radiasi digunakan untuk mengurangi system kekebalan tubuh, namun saat ini obat-obatan imunosupresi  sudah dpat digunakan untuk mengghambat reaksi dari system kekebalan tubuh. The downside adalah dengan system kekebalan tubuh di nonaktifkan, tubuh sangat rentan terhadap infeksi oportunistik, bahkan pada zat yang biasanya dianggap takberbahaya pula. Penggunaan jangka panjang imunopresan dapat meningkatkan kanker.
Kortison merupakan imunosupresan pertama kali diidentifikasi, tetapi jangkauan luas dari efek samping terbatas penggunaannya. Para azathioprine lebih spesifik diidentifikasi pada tahun 1959, namun penemuan siklosporin pada tahun 1970 yang memungkinkan untuk expansi yang signifikan dari transplantasi ginjal yang kurang cocok antara penerima donor pasangan serta aplikasi yang luas dari tranplantasi hati, transplantasi paru, transplantasi pangkreas dan tranplantasi jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Basic Immunology: Functions and Disorders of the Immune System, 3rd Ed. 2011
Conti DJ, Rubin R. Infeksi pada sistem saraf pusat pada penerima transplantasi organ. Neurologis Clinics1988; 6:241-60
Fimmel, S; Zouboulis CC (2005). "Influence of physiological androgen levels on wound healing and immune status in men". Aging Male 8 (3–4): 166–174. doi:10.1080/13685530500233847. PMID 16390741
Lehnert AM, Yi S, Burgess JS, O’Connell PJ. Pancreatic islet xenograft tolerance after short-term costimulation blockade is associated  with increased CD4+ T cell apoptosis but not immune deviation. Transplantation 2000;69:1176–85.
Llewelyn JG. Para neuropati diabetes: tipe, diagnosis dan manajemen. J Neurol Neurosurg Psychiatry2003, 74 (suppl II): ii1-2
Nakata K. Mycobacterium Tuberkolosis Enhances Human Immunodeficiency Virus-I Replikacation in the Lung. Am J respir Crit Care Made 1997; 155; 996-1003
Noskin GA, Phair JP. Host Impairments in Human Imunodeficiency Virus Infection. In; Respiratory Infection, editors; Niederman, Sarosi, Glassroth, WB Saunders Company USA, 1994.p.57-62
Pengantar Kesehatan Lingkungan  Dr. Budiman Chandra
Zunt JR. Infeksi sistem saraf pusat selama imunosupresi. Neurologis Clinics2002; 20:1-22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar